"Juara pertama kita berikan kepada adik kecil kita, Tita Maharani !" ,
demikian Pengumuman juri lomba lukis kelompok umur balita. Pengumuman
itu serta merta menyemburatkan kebahagiaan kepada sepasang suami isteri
yang tidak menyangka putrinya berhasil meraih penghargaan tertinggi
perlombaan hari itu.
Namun, kebahagiaan itu hanya
sebentar, tiba-tiba raut muka sang ayah menjadi muram. Si isteri pun
bertanya, " Tidakkah Abi bahagia, Tita memenangkan lomba ?". , " Abi
bahagia sekali ummi, jawab sang ayah, namun tidakkah umi ingat …… Tati,
kakak kembarnya juga ikut dalam lomba ini dan sama sekali tidak menang
?, Abi tidak ingin Tati sedih melihat adiknya membawa piala itu." ,
tambah sang ayah.
Dengan perasaan gembira yang berkurang
setengahnya, suami isteri itu mencium kedua putri kembarnya. "Selamat
yah dik, Kakak., Abi dan Umi bangga sama kalian". Lalu, berempat mereka
melangkah ke podium untuk menerima piala. Dua putri kecil itu terlihat
bahagia memegang piala milik sang adik tersebut.
Usai
menuruni podium, sang suami membawa piala tersebut entah kemana.
Sementara sang istri menuntun dua putri kembar mereka kembali ke tempat
duduknya. Perlahan tapi pasti, sang isteri mencoba merangkai kata " Hari
ini Adik juara lomba, percayalah, kakak juga akan dapat piala yang
sama. Karena selama ini kakak sayang sama Adik. Kakak mengerti sayang ?"
, tanya sang ibu kepada anaknya tersebut. Rasa haru pun menjalar di
sisi hatinya. "Iya Mi, Kakak ngerti, jawab sang kakak, Adik jadi juara
tapi Kakak juga dapat piala, karena sayang sama Adek." , ujar sang kakak
sambil menyungingkan senyum di bibirnya.
Akhirnya, sang
suami pun datang membawa dua piala yang sama persis bentuknya. Keduanya
menghambur dengan ceria. Entahlah, apakah mereka mengerti arti sebuah
JUARA atau tidak ? namun, kita yakin kearifan sang bapak akan
menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa saling menghargai kepada dua
orang putri kembarnya, melebihi arti JUARA itu sendiri.
"Yang
juara adikku ! , Aku dapat piala karena aku sayang sama adikku." ,
Kata-kata itu selalu terlontar dari bibir sang Kakak setiap kali
orang-orang bertanya dan memuji piala yang mereka bawa.
Semoga
cerita ini membuahkan hikmah bagi kita semua. Karena biasanya
kecerdasan anak kembar tidak selalu sama. Jika tidak arif menyikapinya,
bisa menyebabkan salah satunya rendah diri. Wallaahu a'lam (patra)
© 2003 www.manajemenqolbu.com***
0 komentar:
Post a Comment